Pillow Talk

“Mela udah punya cowok, belum?”

Oh, not again.

“Belum, Ma, hehe.” Kubalas seadanya,  lalu lanjut scrolling webtoon.

Yang bertanya itu adiknya papa, tapi kami memanggilnya dengan sebutan Mama. Saat itu kami sedang rebahan menjelang tidur di kamar yang sama. Sudah sejak Februari lalu Mama di sini. Qadarullah karena virus yang masih marak, Mama tidak bisa pulang ke rumahnya di Kalimantan.

“Ah, masak belum? Entah teman sekelas mungkin, ada gak yang kalau dekat-dekat Mela jadi berdebar gitu?”

Eh, aduh, pertanyaan macam apa ini??? XD

“Teman sekelas ga ada lah, Ma, hahaha.” Aku geli sendiri, teringat penghuni Kom C Ilkomp USU’14 , manusia-manusia koplak bin ajaib tapi baik hati dan tidak sombong itu.

“kalau adik kelas? abang kelas?”

“ih, masak adek kelas sih Ma,” ku nggak mau sama berondong =(

“ya, kan gak apapa juga. Jadi, ada, nggak?” Mama masih belum menyerahhh.

“Em.. Pacaran kan gak boleh, Ma”

“Loh, siapa bilang gak boleh? Mela kan udah 23 tahun, udah boleh lah.”

Wow, okay..

Di sini aku baru tersadar, ternyata tren pacaran itu sudah dianggap begitu lumrah.

Well, guess what? Pacaran bukan satu-satunya jalan untuk mencari jodoh. Tapi tentu saja tidak semua orang paham dengan konsep ini.

Mama lalu bercerita tentang perempuan yang sebaiknya menikah muda, supaya nanti anaknya bisa seumuran dengan ibunya, supaya masih kuat nanti untuk gendong cucu.

Allah, jauh sekali pembahasan ini T.T

Perempuan juga ngga harus kerja dulu baru menikah, yang penting suaminya sudah punya pekerjaan tetap, kata Mama. Nanti kalau perempuan keasyikan kerja, malah lupa untuk menikah. Kalau laki-laki sih ngga masalah, tapi kalau perempuan lama menikah bisa bahaya.

O-okay..

Aku cuma bisa meng-iya-kan nasehat Mama, dan mengatakan kalau aku belum ada niatan untuk menikah dalam waktu dekat. Tahun depan pun rasanya masih terlalu cepat..

Ntahlah, kapan Allah takdirkan saja.

Karena untuk aku yang lebih sering overthinking-nya daripada tidak ini, menikah adalah satu keputusan yang besar sekali, yang resikonya tinggi sekali. Salah memilih pasangan bisa-bisa seumur hidup tidak bahagia. Aku tentu tidak mau memutuskan untuk menikah hanya karena aku “berdebar-debar ketika dekat-dekat dengan doi”, kalau mengutip kata-kata Mama.

Lama menikah lebih baik daripada asal menikah. –Ust. Felix Siauw

Couldn’t agree more, Ustadz!

 

 

 

Leave a comment